Wasiat Wajibah dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam: Analisis Maqāṣid asy-Syarī’ah Jasser Auda

Authors

  • Azmi Zamroni Ahmad Pondok Pesantren Mahasiswa Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.14421/ajish.v52i1.945

Abstract views: 935 PDF downloads: 992

Keywords:

wasiat wajibah, hukum positif, perbandingan hukum, maqāṣid asy-syarī’ah

Abstract

Abstract: Wasiat wajibah is alternative ijtihad for those who are deemed worthy of receiving an inheritance, but do not have provisions according to the Islamic law regulation. Wasiat wajibah has the aim of realizing justice, benefit, and social harmony, especially in the family sphere. To realize this orientation, it is necessary to definite the parties which have the right of wasiat wajibah. The Compilation of Islamic Law (KHI) in articles 194 to 209 about wasiat wajibah has not clearly described the formulation of criterias regarding to who have that right. This research uses Jasser Auda's systems theory integrated with the comparison of law and maqāid asy-syarī’ah. This article aims to analyze the criteria and the development of the people who have the right to receive the wasiat wajibah. The study and analysis revealed that the parties who are entitled to a Wajibah (mandatory) will are not only adopted children and/or adoptive parents as mentioned in the Compilation of Islamic Law (KHI), but also grandchildren whose parents died before their grandparents, the heirs of different religions, stepchildren and/or step parents, and siblings who provide personal care for a sick heir or nearing the end of life.

 

Abstrak: Wasiat wajibah merupakan ijtihad alternatif bagi mereka yang dipandang pantas menerima harta waris namun tidak memiliki sebab mewarisi yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Wasiat wajibah memiliki tujuan untuk mewujudkan keadilan, kemaslahatan dan keharmonisan dalam masyarakat, khususnya dalam ruang lingkup keluarga. Untuk mewujudkan orientasi tersebut, perlu ada kejelasan tentang pihak-pihak yang berhak menerima wasiat wajibah. Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam Pasal 194 sampai 209 tentang wasiat wajibah belum mendeskripsikan secara jelas tentang siapa saja yang berhak menerimanya. Dengan menggunakan teori sistem perspektif Jasser Auda yang diintegrasikan dengan perbandingan hukum dan maqāid asy-syarī’ah, artikel ini menganalisis lebih jauh tentang kriteria-kriteria dan sekaligus mengembangkan siapa saja yang berhak menerima wasiat wajibah. Berdasarkan kajian dan analisis yang dilakukan, penelitian ini menemukan bahwa pihak-pihak yang berhak mendapatkan wasiat wajibah tidak hanya anak angkat dan/atau orang tua angkat sebagaimana disebutkan dalam KHI, tetapi juga cucu yang orang tuanya meninggal dunia terlebih dahulu daripada kakeknya, pewaris yang berbeda agama, anak tiri dan/atau orang tua tiri, dan saudara yang memberikan perawatan terhadap pewaris yang sedang sakit atau sedang menghadapi kematian.

Kata kunci: wasiat wajibah; hukum positif; perbandingan hukum; maqāid asy-syarī’ah

References

Ahdal, Ahmad bin Yusuf bin Muhammad, al-. I’ānat at-Ṭālib fī Bidāyat al-Ilmi al-Farāid. Cet. IV. Beirut: Dār Thauq an-Najah. 2007.

Amruzi, Fahmi, al-. Rekonstruksi Wasiat Wajibah dalam Kompilasi Hukum Islam. Yogyakarta: Aswaja Presindo. 2014.

Auda, Jasser. Maqasid al-Syariah as Philosophy of Islamic Law: A System Approach. London: IIIT. 2008.

Auda, Jasser. Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah. Alih bahasa: Rosidin dan ‘Ali ‘Abd el-Mun’im. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2015.

Budi, Destri dkk. “Pengaturan dan Implementasi Wasiat Wajibah di Indonesia”. Mimbar Hukum, No. 2 (2010).

Gumati, Retna. “Maqashid al-Syariah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam)”. Jurnal Al-Himayah 2, No. 1 (2018).

Hartini dan Yulkarnian Harahab. “Pengaruh Kompilasi Hukum Islam dalam Penyelesaian Perkara Kewarisan pada Pengadilan Agama di Daerah Yogyakarta”. Mimbar Hukum 35, No. 2 (2000).

https://kbbi.web.id/resiprokal

https://lawyeregypt.net/الوصية الواجبة في القانون المصري /المكتبة القانونية

Jamaa, La. “Dimensi Ilahi dan Dimensi Insani dalam Maqashid Syari’ah”. Jurnal Asy-Syir’ah 45, No. 2 (2011).

Khalaf, Abdul Wahhab. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Alih bahasa: Noer Iskandar al-Barsany dan Mohamad Tolchah Mansoer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 1996.

Kompilasi Hukum Islam.

Lukito, Ratno. Pergumulan Hukum Islam dan Adat di Indonesia. Yogyakarta: Manyar Media, 2003.

Manan, Abdul. Reformasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.

Marzuki, Muchlis. Pokok-Pokok Ilmu Waris. Semarang: PT. Mujahidin. 2009.

Maulidi, “Paradigma progresif dan Maqashid Syari’ah: Manhaj Baru Menemukan Hukum Responsif”. Jurnal Asy-Syir’ah 49, No. 2 (2015).

Mudzhar, Atho. Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi. Yogyakarta: Titian Ilahi Press. 2000.

Muljono, Wahyu. Hukum Waris Islam dan Pemecahannya. Yogyakarta: Magister Ilmu Hukum FH-UJB. 2010.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif. 1997.

Prihantoro, Hijrian Angga. “Konstruksi Nalar dan Pola Pembacaan Maqasid al-Syari’ah dalam Filsafat Hukum Ibn Taymiyyah”. Islamica: Jurnal Studi Keislaman 13, No. 1 (2018).

Rahman, Fatchur. Ilmu Waris. Jakarta: Bulan Bintang. 1979.

Sābiq, as-Sayyid. Fiqh as-Sunnah. III. Beirut: Dār al-Fikr. 1983.

Sarong, Hasan Basri, Amirudin A. Wahab, dan A. Hamid. “Perspektif Wasiat Wajibah Terhadap Anak Tiri”. Jurnal Ilmu Hukum 2, No. 2 (2014).

Setiawan, Eko. “Penerapan Wasiat Wajibah Menurut Kompilasi Hukum Islam Dalam Kajian Normatif Yuridis”. Jurnal Muslim Herritage 2, No. 1 (2017).

Somawinata, Yusuf. Fiqih Mawaris. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2002.

Syarifudin, Amir. Ushul Fiqh I. Jakarta: Kencana. 2011.

Wahyudi, Muhammad Isna. “Penegakan Keadilan dalam Kewarisan Beda Agama: Kajian Lima Penetapan dan Dua Putusan Pengadilan Agama dalam Perkara Waris Beda Agama”, Jurnal Yudisial 8, No. 3 (2015).

Published

10-05-2018

How to Cite

Ahmad, A. Z. (2018). Wasiat Wajibah dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam: Analisis Maqāṣid asy-Syarī’ah Jasser Auda. Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 52(1), 55–73. https://doi.org/10.14421/ajish.v52i1.945

Issue

Section

Articles