Legal Effects of the Constitutional Court's Ruling Against Marital Agreement in Mixed Marriages

Authors

  • Maulidia Mulyani UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.14421/ajish.v56i2.660

Abstract views: 503 PDF downloads: 197

Keywords:

Constitutional Court Decision, legal effect, marriage agreement, mixed marriage.

Abstract

Abstract: Prior to the issuance of the Constitutional Court (MK) decision Number 69/PUU-XIII/2015, some mixed-marriage couples complained about the state policy that does not allow mixed-marriage couples to own assets, both in the form of building use rights (HGB) and business use rights (HGU). This article examines a marriage agreement made by a mixed marriage couple, namely Indonesian and foreign couples after the Constitutional Court decision Number 69/PUU-XIII/2015. Two fundamental issues are the focus of this article, namely how is the legal impact of the Constitutional Court Decision Number 69/PUU-XIII/2015 on marriage agreements in mixed marriages, and what are the legal consequences of the Constitutional Court Decision? The following findings were obtained using a juridical-normative approach and utilizing Gustav Radburch's theory of the legal purpose: first, after the Constitutional Court decision the perpetrators of mixed marriages had a looser time to make a marriage agreement. They can agree before the marriage contract or during the marriage bond. Second, a marriage agreement made during the marriage period will be valid the moment after it is made, and the separation of the joint property of both parties can immediately follow it. Third, when viewed from the theory of Gustav Radburch's legal objectives, the Constitutional Court Decision has fulfilled the purpose of making law: the realization of justice, certainty, and legal expediency. However, on the other hand, the Constitutional Court ruling has also put third parties in a vulnerable position.

Abstrak: Sebelum terbitnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 69/PUU-XIII/2015, beberapa pasangan perkawinan campuran mengeluhkan kebijakan negara yang tidak memperbolehkan pasangan perkawinan campuran untuk memiliki aset, baik berupa hak guna bangunan (HGB) maupun hak guna usaha (HGU). Artikel ini mengkaji sebuah perjanjian perkawinan yang dilakukan oleh pasangan perkawinan campuran, yaitu pasangan WNI dan WNA pasca Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 69/PUU-XIII/2015. Ada dua persoalan mendasar yang menjadi fokus artikel ini, yakni bagaimana dampak hukum yang ditimbulkan dari adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015 terhadap perjanjian perkawinan dalam perkawinan campuran, dan bagaimana dampak hukum Putusan MK tersebut? Menggunakan pendekatan yuridis-normatif dan memanfaatkan teori tujuan hukum Gustav Radburch diperoleh temuan sebagai berikut: pertama, pasca Putusan MK Nomor 69/PUU-XIII/2015, para pelaku perkawinan campuran memiliki waktu yang lebih longgar untuk membuat perjanjian perkawinan. Mereka bisa membuat perjanjian sebelum dilakukannya akad perkawinan ataupun selama dalam ikatan perkawinan. Kedua, perjanjian perkawinan yang dibuat dalam masa perkawinan akan berlaku sah pada saat setelah dibuat, dan hal itu bisa langsung diikuti dengan pemisahan harta bersama kedua belah pihak. Ketiga, jika dilihat dari teori tujuan hukum Gustav Radburch maka Putusan MK tersebut telah memenuhi tujuan dibuatnya hukum, yakni terwujudnya keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum. Akan tetapi, di sisi lain, Putusan MK tersebut, juga telah menjadikan pihak ketiga berada dalam posisi rentan.

Keyword: Constitutional Court Decision; legal effect: marriage agreement; mixed marriage.

References

Andriani, Dian, Bambang Santoso, and Oksidelfa Yanto. “Pemisahan Harta Perkawinan Campuran Dan Akibat Hukumnya Jika Diwariskan Tanpa Wasiat Pada Anak Berkewarganegaraan Ganda.” Jurnal Lex Specialist 1, no. 1 (2020): 61-70, https://core.ac.uk/download/pdf/337612291.pdf.

Anwar, Syamsul. “Teori Pertingkatan Norma Dalam Usul Fikih.” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum 50, no. 1 (2016): 141–67, http://asy-syirah.uin-suka.com/index.php/AS/article/view/501-06/158.

Chroust, Anton-Hermann. “The Philosophy of Law of Gustav Radbruch.” The Philosophical Review 53, no. 1 (1944): 23–45, https://www.jstor.org/stable/2181218.

Darmabrata, Wahyono and Surini Ahlan Sjarif. Hukum Perkawinan Dan Keluarga Di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004.

Darussamin, Zikri and Armansyah Armansyah. “Hak Harta Bersama Bagi Istri Yang Bekerja Perspektif Maqashid Asy-Syari’ah.” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum 51, no. 2 (2017): 345–65, http://asy-syirah.uin-suka.com/index.php/AS/article/view/51204.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Terjemahan. Bandung: CV Darus Sunnah, 2015.

Dwinopianti, Eva. “Implikasi Dan Akibat Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/Puu-Xiii/2015 Terhadap Pembuatan Akta Perjanjian Perkawinan Setelah Kawin Yang Dibuat Di Hadapan Notaris.” Lex Renaissance 2, no. 1 (2017): 16–34, https://journal.uii.ac.id/Lex-Renaissance/article/view/7990.

Gunanegara. Mengenal Hukum Agraria Dan Real Estate Law. Jakarta: Tatanusa, 2018.

Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju, 2007.

Harahap, M. Yahya. Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional. Medan: CV Zahir Tranding Co, 1975.

Ibn ‘Asyūr, Muhammad at-Tāhir. Maqāşid asy-Syarī’ah al-Islāmiyyah. Jordan: Dar al-Nafi’is, 2001.

Kartadimadja, Tuti Susilawati and Janet Elizabeth Tenges. “Analisis Keabsahan Kepemilikan Tanah Oleh Orang Asing Di Indonesia (Studi Kasus Nomor: 9/Pt. G/2018/PN. SKB).” Jurnal PALAR (Pakuan Law Review) 6, no. 01 (2020): 28–52, https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar/article/view/1851.

Kemdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2011.

Kompilasi Hukum Islam Tahun 1990.

al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT Toha Semarang, 1986.

Martiman, MR. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: CV Karya Gemilang, n.d.

Mayasari, Dian Ety. “Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Perkawinan Setelah Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU–XIII/2015.” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum 51, no. 1 (2017): 79–93, http://asy-syirah.uin-suka.com/index.php/AS/article/view/321.

Mesraini. “Praktik Perkawinan Bawah Tangan Di DKI Jakarta.” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum 51, no. 2 (2017): 251–86, http://www.asy-syirah.uin-suka.com/index.php/AS/article/view/583.

Mustafid, Fuad. “Perkawinan Beda Agama dan Kebebasan Individual dalam Islam: Perspektif Teori Naskh Mahmoud Muhammad Thaha”, Musawa: Jurnal Studi Gender dan Islam 10, no. 2 (2011): 229-247, https://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/102-05.

Prihandini, Yudiana Dewi. “Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Ketiga Atas Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan.” Lex Renaissance 4, no. 2 (2019): 354–66, https://journal.uii.ac.id/Lex-Renaissance/article/view/15233.

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 69/PUU-XIII/2015 (n.d.).

al-Qardhawi, Yusuf. Fiqh Maqashid Syari’ah Moderasi Islam Antara Aliran Tekstual Dan Aliran Liberal. Translated by Arif Munandar Riswanto. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Radbruch, Gustav, Jean Dabin, and Emil Lask (ed.). The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin. Harvard University Press, 1950.

Romulyo, M. Idris. Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Ind.Hill-Co, 1992.

O.S., I Ketut. Hukum Perorangan Dan Kebendaaan. Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009.

Safitry, Putri, Sri Turatmiyah and Dian Afrilia. “Perjanjian Perkawinan Sebagai Sarana Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Perkawinan Campuran Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU/XIII/2015.” Sriwijaya University, 2020.

Salim, HS. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Septiawan, Aislie Anantama. “Perjanjian Perkawinan Pada Perkawinan Campuran Dalam Kepemilikan Tanah Di Indonesia.” Lambung Mangkurat Law Journal 2, no. 1 (2017): 62-74, http://lamlaj.ulm.ac.id/web/index.php/abc/article/view/32.

Setiabudi, Jayadi. Pedoman Pengurusan Surat Tanah Dan Rumah Beserta Perizinannya. Vol. 19. Yogyakarta: Penerbit Buku Pintar, 2015.

Soeroso. Pengantar Illmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Soetojo and Asis. Hukum Orang Dan Keluarga. Bandung: Penerbit Alumni, 1987.

Syahuri, Taufiqurrohman. Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia: Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi. Kencana Prenada Media Group, 2013.

Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam. 5th ed. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

asy-Syātibī, Abū Ishāq Ibrāhīm ibn Mūsā. Al-Muwāfaqāt fī Uşūl asy-Syarī’ah. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1975.

Talib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama, 2016.

Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (n.d.).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, n.d.

Zainuddin, “Idealisasi Pembuatan Akta Tanah Guna Menjamin Kepastian Hukum.” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum 51, no. 1 (2017): 149–70, http://asy-syirah.uin-suka.com/index.php/AS/article/view/325.

Zulkifli, Suhaila. “Implementasi Dan Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan Setelah Keluarnya Putusan MK NO. 69/PUU-XIIX/2015.” Jurnal Hukum Kaidah: Media Komunikasi Dan Informasi Hukum Dan Masyarakat 17, no. 3 (2018): 211–17, https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/jhk/article/view/593.

Downloads

Published

06-12-2022

How to Cite

Mulyani, M. (2022). Legal Effects of the Constitutional Court’s Ruling Against Marital Agreement in Mixed Marriages. Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 56(2), 287–310. https://doi.org/10.14421/ajish.v56i2.660

Issue

Section

Articles